Beberapa bulan menjadi guru, episode tentang MR. Tentakel
Okta teratasi
yang lain semakin menjadi-jadi masih ku ingat satu pria cungkring kuruuuus
sekali, tak bersahabat dengan siapapun, aku sering kali melihat matanya,
tatapannya kosong, aku tak pernah melihat dia tersenyum, selalu tidur di kelas,
aku berusaha membuka pembicaraan dengannya,
“ mana
tugasmu nak? Ada kesulitan? Kok belum di kerjakan? Aku mendekat…
Dia
melengos, masyaAllah aku di cuekin, darahku berdesir, merasa di tolak…
“Dian...
lagi ada masalah? Lagi sakit ya? Aku berhuznuzon..
“
hass!! Itu kata-kata paling merasa terganggu di dunia, aku merasa terlempar
jauh tak berarti. Berusaha tersenyum...
“ya
sudah.. kalo Dian capek ga pa pa istirahat aja..” aku berlalu ke meja-meja yang
lain
Malam harinya
aku tak bisa tidur, di kepalaku hanya dian, dian, dan dian, pria cungkring yang
tak bersahabat, ku pastikan dia sangat mirip dengan karakter squidward tentakel
dalam film spongebob kesukaanku, dan baginya mungkin aku adalah tokoh spongebob
yang selalu mengganggu kehidupannya, aku membolak-balik halaman buku yang berjudul
“Anak nakal itu : perlu! Tak ku temukan cara menaklukan karakter squidward
“dian” tentakel, buku analisisku telah terbentang aku sibuk menganalisis
karakter Squidward “dian” tentakel, ku buat tanda Tanya di kolom solusi, akan
ku cari, ah tiba-tiba semangat sekolah, ah tiba-tiba semua begitu menarik.
Aku
memandangnya saat memasuki ruang kelas, mataku berkompromi dengan rasa
penasaranku, si Squidward “dian” tentakel, adalah pria yang ingin ku taklukan,
aku mendekat lagi,, hanya berlalu saja, sebentar-sebentar aku meliriknya,
memandang bukunya yang rapi tanpa tulisan, atau hanya sekedar meneliti
wajahnya, bagaimana raut wajahnya, bagaimana jari-jarinya, rona wajahnya,
pucat, bercahaya, atau seperti biasa wajah muram itu selalu menjadi wallpaper
rautnya, aku tau dia merasa di selidiki, dia menjauh, lalu mencari bangku
paling jauh dari posisiku, dalam hatiku berkata “well… game on, u know Mr.
tentakel.. I’m the winner!!”
Selesai
sholat berjama’ah di mesjid, aku ngobrol dengan siswi putri kelas XII IPS mencari
informasi seputar Squidward “dian” tentakel, hasilnya tak mengecewakan, banyak
juga informasi mengenainya ku dapat tak sia-sia, anak orang kaya, broken home,
anak ke 3, pendiam, lemah dalam pelajaran apapun, hobi gambar kartun, dan
nyoret meja, cenderung tak bersahabat dengan siapapun, tapi tetap bergabung
dengan teman-teman yang lain, paling dekat dengan Eli siswi putri kelas XII IPS
yang sama anehnya dengan si mr. tentakel, bermasalah. Yess... naluri detektifku
mulai beraksi, aku mencari buku lagi kali ini judulnya “ you can say no to your
teenager” intinya kalimat demi kalimat dalam buku itu lumayan memberiku
inspirasi memberantas sikap anehnya si MR. tentakel. Ku yakin sebentar lagi,
mr. tentakel akan menjadi murid yang baik dan bersahabat. Suatu saat nanti ku
pastikan itu terjadi.
Untuk
sementara mr. tentakel adalah target utama, aku mempraktekkan seluruh tips-tips
yang ku baca dari internet, dari buku-buku, aku berusaha memberi perhatian
tanpa dia sadari, aku memperhatikan, misalnya dalam buku latihannya yang
bertabur gambar-gambar kartun, aku beri komentar di bawahnya, “wah gambarnya
bagus, kapan-kapan ibu juga mau di gambar ^__^ “ atau tulis kalimat yang lain,
“ibu pengen liat wajah dian seperti ini ^____^” tapi di kelas aku diamkan saja
sambil terus meneliti respon darinya, aku tetap menghampiri walau lagi-lagi di
hindari, aku membaca sebuah buku yang isi pesanya adalah “masalah ada yang bisa
di selesaikan oleh waktu, maka biarkan saja waktu yang menjawabnya”
Nah,
siang itu membuatku lumayan kaget, mr. tentakel yang kurus kering ibarat papan
sekeping, model celana yang melorot (dulu di perkenalkan oleh pasha ungu dan
sempat menjadi tren mode) itu berteriak-teriak dalam gendongan teman-temannya
Okta dan kawan-kawan yang badannya jauh lebih besar aku saja melihatnya
tengadah saking tingginya, kasihan mr. tentakel yang kurus kering, ia
berteriak-teriak memanggil-manggil ku lemah tak berdaya di apit oleh para
gorilla “ibu… ibuk.. ibuk dayang..
tolong buk.. tolong,,, abis aset kekayaan kami buk…” mr. tentakel
memanggil-manggilku dengan riang dan cemas (aku bahagia sekali dia memanggilku)
kelas gaduh.. aku melerai.. mr. tentakel tertawa riang, dan berusaha melepaskan
diri dari teman-temanya, kuperhatikan celananya di naikkan sampai lutut, dia
mengibas-ngibas betisnya, aku memalingkan wajah ke teman-temanya.
“hei..
dian ado apo? Kok teriak-teriak? sakit apo senang sih? Bingung ibuk! Aku
tersenyum semua siswa mengerubungiku menunjukkan sesuatu, masing-masing dengan
bangga mempersembahkan sehelai bulu di tangan mereka.
Aku
geleng-geleng kepala, saat tau rupanya semua teman-temannya tadi, gemas melihat
bulu kaki si mr, tentakel yang lebat sekali, jadi mereka membantu merapikan,
dengan cara masing-masing setiap anak mencabuti satu bulu kaki mr. tentakel
secara paksa, ku bayangkan betapa sakitnya mr. tentakel, aku berusaha keras
menahan tawa saat mr. tentakel berkata “lamo-lamo buk kaki kami kayak cewek dak
seksi lagilah” ah lama sekali aku menunggu hari ini, menunggu momen mr.
tentakel sangat ramah dan bersahabat padaku.
pelajaran
moral : antara bulu kaki dan hubungan sosial berkaitan.
Komentar
Posting Komentar