Hari ini pulang kursus di bus, lihat anak bujang usia SMP lagi berdiri tepat di depan ku, dia ganteng, bermata abu abu bening dan trendi, yang menarik perhatianku adalah wajahnya itu dari masuk bus selalu mengulum senyum trus lanjut lagi senyum senyum didalam bus.. dan sepanjang perjalanan dia tetap senyum terus sendirian.
Masalahnya, senyum itu serupa penyakit cacar, menular. istilah kerennya itu Contagion Effect, kondisi dimana kita jadi terpengaruh untuk ikut senyum senyum sendiri juga, simpelnya kayak orang sedang menguap kalo kita terus memperhatikan saat dia menguap kita juga akan automatis menguap. Atau boleh lah kita sangkutkan dengan kondisi hysteria.
Mungkin karena aku telah terkena Contagion Effect atau hysteria atau apalah istilah psikologi lainnya akhirnya Aku juga tak tahan automatis jadi ikut senyum senyum sendiri juga tapi bukan jatuh cinta, saat beberapa detik aku tersadar kelakuanku yang aneh bin absurd itu, takut orang orang tau, maka ku hentikan segera senyumku. aku alihkan pandang ke Jendela. Tapi, tetap saja aku penasaran sama bocah bule kasmaran itu, hi hi sesekali aku memastikan senyumnya apakah sudah berhenti, hi hi betapa konyolnya kalo orang lagi mode mabuk kepayang ya, roman romannya dia lagi jatuh cinta nih.. soalnya setiap notif dari hp dia, selalu bikin nambah ukuran senyum diwajahnya jadi dobel, padahal wajahnya masih anak anak banget tapi tumbuh kumis dan beberapa helai jenggot. Jadi, ku prediksi mungkin dia pelajar SMP kelas dua.
Seketika Aku auto merasa sedang jadi Mahar si Maestro seniman SD Muhammadiyah Belitong, hasil didikan buk Mus, saat sedang melihat Ikal yang kerasukan cinta mabuk kepayang karena kuku kuku Aling dalam Film Laskar Pelangi itu.
Lalu aku membayangkan mendekati bujang kecil bule SMP itu dengan jahil, dan bilang :
" Ah, Jatuh cinta rupanya kau, Boi.. tak perlu lah befikir dengan cinta, yang ade cuma keindahan, bunga bunga bermekaran mari menyusun seroja bunga seroja.. aaaa hiasan sanggul remaja putri remaja.."
****
Epilog
Saat sampe di rumah, buka hp lalu Yeni sahabatku sedang kirim kirim poto di DM, lagi duduk manis di kafenya pak cik Ikal, Andrea Hirata. Dan dia sedang di belitong sana. Jalan jalan. Iri nian hatiku. Apalagi komen Ade bilang Tekwan Belitong lebih maknyos di banding Tekwan palembang dan Jambi. Seketika lagu Mahalini beredar di kepalaku "Bagaimana dengan aku" cukup.
Kau tau kawan, Wangi tekwan hanya mampu melintas di area halusinasi. Lalu menyundul nyundul bagian hipokampus di otak, rasa kuah tekwan pedes, anget, pake keripik jangek, atau keripik ubi pedes, membuat liur tak mampu tertahan, ngiler. Tapi, karena kondisi jauh di benua Eropa ini, maka aku tak bisa dan tak mampu menghadirkan tekwan nan lejat itu, jadi. Kata Orang Jambi itu "Kito Tahan selero baelah. Epik sekali, Kawan.
Lalu, termenung aku seorang diri sambil mengetik....
"Mantab, suka kopi rupanya kau, Boi?
Lalu bergegas aku menuju pemanas ruangan, ku setel sampe volume 5, lalu menjulurkan kaki, seketika menjalar hangatnya di kaki yang dinginnya udah hampir beku. Ah, hangatnya.
Wait, Kok? Hei... Tunggu, apa hubungannya antara bujang bule lagi mabuk kepayang yang senyum senyum sendirian, lalu pikiranku sejahil Mahar dan tiba tiba Yeni mengirim cengiranya di bawah foto Andrea hirata alias si Ikal dari Belitong sana?
Apakah ada ikatan tali secara imajiner antara belitong, Yeni, Andrea hirata, Wanita wanita Geng Rumpik dan diriku yang terdampar jauh di sebuah Wohnung berlantai kayu dan sedang meringkuk menciut dihantam dingin, di dera deraian salju dan suhu minus tiada ampun ini? Dapatkah ku lihat tali temali itu? Biar ku telusuri bagian mana yang dapat ku sentuh di kehidupan nyata?
Aku rindu, di Frekuensi keterikatan itu, lalu tiba tiba dering bel pintu menyadarkan ku, sebuah paket bertuliskan namaku telah mampir dengan selamat, tak sabar kubuka paket itu, ajaib sebungkus kopi AAA telah berada di tanganku.
Ya Robb... Inikah bagian tali temali yang ingin ku sentuh dengan nyata itu?
Plot twist bin plot twist pengirim kopi ini bukan orang Jambi, Gais, tapi dia mengirimkannya padaku dengan penuh keyakinan, bahwa bagiku Kopi ini adalah sepenting benang pengaman bagi selembar rupiah, tanda bahwa dia benar benar penting dan penanda bahwa itu uang asli. Original.
Begitulah kopi AAA bagiku. Kawan. Tentu, Lebih dari sekedar kopi. Dan Allah kirimkan itu sebagai jawaban, bagian manakah yang masih bisa ku raih dari kepingan kepingan takdir yang telah di tetapkan.
#catatanumiabid
#beradadi
#frekuensisyukur
#tiadabertepi
Komentar
Posting Komentar