Do you agree or disagree? Itu terserah ya.. setiap org punya journeynya masing masing, aku hanya sharing sebatas apa yang aku rasakan dan aku alami setelah resign, masa adaptasi dari ibu bekerja menjadi ibu rumah tangga.
Jangan mudah mengambil kesimpulan dari cerita orang, karena rel yang kita lewati dengan rel yang orang lewati sangatlah berbeda.
Jangan pula habis baca satu sumber langsung memutuskan resign lalu malah memunculkan masalah baru lainnya.
Aku pernah dengar, seorang yang bekerja di instansi riba, lalu karena mendapat ilmu tentang riba, dia langsung keluar dan memilih bisnis, bisa ditebak langsung bankrut karena ilmunya belum cukup, akhirnya semua berantakan, harapannya setelah resign memperoleh rezeki halal yang cukup, ujungnya malah balik lagi ke instansi yang sama. Ini kejadian nyata loh.
Please.. jangan bilang itu mah dia aja, kalo udah milih jalan Allah, Allah akan bantu!
ya bener Allah pasti bantu, tapi ga semua proses orang lain bisa kita setting sesuai maunya kita.
Layaknya dulu aku menangis saat melihat pertama kali Caesar kembali joget di tipi dengan janggut yang masih berkibar.. aku sedih, aku kecewa, karena ga semua orang mendapat hidayah. Tapi sekali lagi kita bukan dia, ntah seperti apa perang bathin yang selama ini dia jalani, dan akhirnya dia kembali ke versi awal.
Cukup jadikan pelajaran saja.
Maksudku, segala sesuatu butuh ilmu, persiapan yang matang dan berdoa semoga Allah ridho dengan semua keputusan yang kita ambil, jangan ujug ujug langsung mengambil keputusan ekstrem. Menimbulkan masalah baru, lalu Allah yang disalahkan.
Sekali lagi yang aku share hanya pengalamanku bagaimana berdiri tegak kembali saat dihantam ketakutan pasca resign.
Ada banyak orang dengan masalah dan perjuangannya masing masing.
Jadi kuatlah... Wahai para ibu.
Tentang finansial yang ku khawatirkan, Hi hi banyak perempuan selalu punya sisi ini dalam fikirannya.
Padahal Allah sudah bilang dalam Qs. Ibrahim 34.
"Artinya: Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Jadi malu sendiri saat Allah membalas semua sangka sangka ku,
Seperti
"Ah nanti jadi beban suami, dikit dikit minta suami"
Aku lupa fitrah laki laki itu melindungi, memastikan semua followernya aman he he. Ada sisi dimana, suami merasa sangat ingin "dibutuhkan" maksudnya benar-benar menjadi "pahlawan" bagi pasangannya.
Jadi.. Jangan malu kalo butuh sesuatu, jangan malu teriak "help.. tim gegana, mike tyson, mas supermin eh superman, power ranger, Chris john.. help...
Oh bukan bukan gitu he he. Maksudku.. kayak gini:
"bi sepatu umi kaya nya udah bolong"
"Bi minyak makan habis, bi sabun cuci habis dan bi bi lainnya"
Ga papa, katakan saja. Hanya saja yang menjadi titik poin dalam menyampaikan keinginan adalah pada masalah "cara yang tepat diwaktu yang tepat"
Jangan meminta sesuatu saat suami baru pulang ke rumah, saat suami sedang berhemat, atau saat akhir bulan,yang penting dalam rumah tangga jangan pernah terbersit ingin menjadi pusat kontrol suami, perempuan itu di kontrol bukan mengontrol.
Inti masalahnya adalah terkadang dalam rumah tangga selalu fokus pada konsep menguasai dikuasi.
Istri ingin berkuasa penuh, mengendalikan atau sebaliknya.
O ya satu hal suami itu makhluk verbal bukan makhluk yang ahli memahami hal ghaib seperti suara hatimu he he, jadi kalo butuh sesuatu harus bilang, utarakan dengan cara yang baik. Jangan cuma kode-kodean, pakai metode majas hiperbola, majas personifikasi, trust me sindiran tidak akan mempan di kamus suami.
Efek yang saya rasakan setelah resign adalah Kebergantungan dengan suami makin tinggi, suamipun merasa paling "hero" dalam rumah tangga, karena ikatan saling membutuhkan ini begitu tinggi, jadilah ikatannya semakin kuat. Apapun masalahnya, mudah untuk diubah menjadi sesuatu yang lebih indah.
Ternyata semua hal dalam rumah tangga itu ujung tombaknya adalah komunikasi yang sehat antar pasangan. Ya tentu saja.. ridho Allah selalu menyertai.
sekali lagi "Komunikasikan disaat yang tepat, dan dengan bahasa yang tepat"
Bagaimana dengan materi?
Alhamdulillah selalu ada bagian tak terduga. Sangka kita A Allah kasih B, C bahkan D. Alhamdulillah cukup cukup saja. Bahkan diluar ekspektasi kita sebagai manusia yang kadang terlalu mengedepankan matematika, ekonomi dan logika.
Alhamdulillah rezki itu ternyata hitungannya bukan angka, tapi letaknya pada keberkahan, sedikit dan banyak sama saja rasanya, jadi bagian ajaibnya adalah ada saja rezeki yang Allah turunkan dari arah yang tidak disangka sangka.
Bagi kami berdua sangat menyadari doa istri itu sangat sangat nyata.
Tiba tiba aja ada projek dari Indonesia yang mesti dikerjain, pokoknya ada aja.
Sampai abinya bilang "umi doain apo sih samo abi? Sampe abi selalu Allah cukupkan, Allah selalu kasih abi kekuatan"
Aku senyum senyum aja. Memang benar rezeki anak dan istri akan selalu mengalir lewat suami.
Oya bagian pentingnya adalah
"Apapun yang aku takutkan tidak ada yang terbukti sampai hari ini"
Terimakasih dm, inbok dan wa nya ya. Jadi merasa banyak teman, dan saling menguatkan.
#curhatdongmah
#catatanumiabid
#ceritaumiabid
#ibubekerjaintoiburumahtangga
Komentar
Posting Komentar