Langsung ke konten utama

Sulitnya masa-masa Awal pernikahan.... ^_^

Rasulullah bersabda, “Aku tidak mencintai dunia dan tidak mengharap apapun darinya. Aku tinggal di dunia ini hanya seperti seorang pengelana yang berteduh sebentar di bawah pohon untuk  beristirahat, lalu pergi meninggalkannya.“ 

aku juga pernah mendengar bahwa "Sesungguhnya hari ini adalah hari pemberian Allah, tidaklah pantas untuk di isi dengan kelalaian dan kemaksiatan. 

Sejenak aktifitas terhenti aku termenung, membaca daftar mimpi-mimpi yang ingin ku raih, disetiap pertambahan umurku. 

Berangkat dari pemahamanku tentang waktu, yap... aku tipe orang yang suka sekali merencanakan hidup, dengan begitu aku merasa punya target dan arah yang jelas untuk hidupku, walaupun ku tahu tak semua mimpi-mimpi itu bisa kuraih dengan mudah, tapi mengutip kata arai (sang pemimpi, andrea hirata) "bermimpilah maka tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu." Aku optimis hidupku akan penuh dengan kebaikan dan penaklukan. Menurut daftar mimpiku tahun ini, aku akan melesat jauh meninggalkan keramain kota bergabung menjadi pendidik anak-anak di pedalaman sana, di tempat yang jauh, lebih berasa menjadi pendidik, dan penuh petualangan.

Mimpi-mimpi ini terus menggerogotiku, bahkan saking tertariknya, aku sudah mulai mencari info sebanyak-banyaknya, selengkap-lengkapnya, suka duka pendidik, hal tersulit, bahkan yang paling mengharukan,  intinya jika bersama mereka aku merasa begitu berguna, merasa menjadi pahlawan, dan tentunya akan menjadi amal jariah buatku, yang kelak selalu mengalirbulir bulir pahala meski aku tlah tiada... saking semangatnya aku tak sempat  berfikir yang lain, sekolah tempatku mengajar, anak didik yang aku ajarkan, semua jadi terlihat tak istimewa lagi inikah godaan, aku merasa tempatku sekarang bukanlah hal yang menantang, aku tak berkembang, dan stagnan di satu tempat saja.

Aku mulai lelah, capek, dan mulai menggerutu dengan sistem yang ada, aku merasa ilmu yang ku punya, semangat yang menggebu dan ide-ide kreatif dalam mengajar sama sekali tak ada kesempatan untukku kembangkan. pada akhirnya aku memilih berada di tempat yang jauh lebih menantang adalah sebuah pilihan. meskipun ku tau benar resikonya... kini aku merasa mimpi telah berubah menjadi obsesi yang ku buat menjadi ambisi dalam hidupku. 

Well,,, itu rencanaku untuk hidupku.. ternyata yang maha mengatur rencana telah membuat keputusan untuk hidupku, sama sekali jauh dari mimpi dan inginku rupanya, Allah memutuskan hal lain untuk hidupku, aku dipertemukan dengan seorang pria, dan pada akhirnya aku menikah,, kini di usia yang tak lagi muda, dipenghujung 28 tahun, aku menikah. usia yang cukup pantas memang, bahkan bagi sebagian orang usia yang sangat lambat untuk memulai pernikahan.

Proses itu begitu itu singkat, dan akhirnya aku menikah.. menikah ah ternyata aku menikah, mengabdikan diri pada seorang laki-laki yang sebelumnya tak pernah ku kenal namanya, lakunya, wajahnya, ah Allah engkau beri seorang yang sungguh begitu misterius dalam hidup ku, tak ku sangka sebelumnya doa ku mengenai jodoh Kau terima bulat-bulat, dulu aku selalu meminta jika ada belahan jiwa yang Kau rahasiakan itu, temukan aku dengan yang tak pernah ku temui dia sebelumnya, temukan aku dengannya yang tak pernah kukenal sebelumnya, temukan aku dengannya yang dapat membuatku semakin MencintaiMu, yang dapat membuatku bijaksana,yang dapat membimbingku KepadaMu, ah bulir airmata mengalir, Allah sungguh kau Jawab semua taqdirku, Kau Ijabah doaku, siapa lah aku ini... aku hanya hambaMu yang ingin Menjadi Baik, 

Ah menjadi istri ternyata tak mudah ya, semua terlihat begitu berat pada awalnya, mengurus seseorang pria besar dari bangun tidur hingga dia tidur kembali ternyata melelahkan, belum lagi pada awal menikah butuh begitu banyak penyesuaian, waktu di luar rumah semakin sedikit, aku yang jarang betah dirumah tiba-tiba menghabiskan banyak waktu di rumah, aktifitas diluar rumah yang menyenangkan, waktu mengajar di sekolah, minggu pagi membimbing anak-anak panti belajar, waktu belajar tahsin, pengajian, banyak sekali yang tergadaikan, tergantikan dengan rutinitas yang membosankan, pagi membuat sarapan, nyuci piring yang banyak, harus memasak, mencuci, menggosok, beres-beres rumah, ah pekerjaan rumah yang tak ada habisnya, tinggal di rumah keluarga baru, bersama ayah ibu mertua, tentu banyak hal yang di sesuaikan, ah banyak nangis akhirnya.

Tanpa ku sadari aku mulai menanyakan taqdir ku, mulai berandai-andai.. ah andai dulu aku tak memutuskan menikah, pasti sekarang aku sudah ini, pasti asyik sekali berada disana, ah jika aku begini maka enak sekali ya.. mulai iri dengan para wanita lajang, wanita sukses dengan karir,, ah lupa melihat semua kebaikan, kebahagiaan yang di dapat.. ah syukur yang mulai luntur... suami yang mulai sedih melihat sedihku, mulai bingung bagaimana menenangkanku, ada yang paling ku sukai darinya, dia menjawab semua masalah dengan ilmu, aku membaca beberapa tips en trik menjadi ibu baru, berbagai buku telah aku lahap, termasuk buku yang fenomenal karya Salim A Fillah, kado pernikahan untuk istriku, banyak sekali buku yang menceritakan seputar masalah pernikahan.

Akhirnya aku sadar pernikahan ini tak ada yang salah yang salah adalah aku belum memahami hakekat pernikahan itu sendiri, aku tak cukup ilmu bagaimana berumah tangga, aku sama sekali tak bisa masak, mending ga makan dah dari pada masak, masakku dulu di kost-kost an hanya telur ceplok, goreng, orak arik, pokoknya serba telur, dan mie instan, tentu terasa berat jika mengerjakan tanpa tau ilmunya, masalah kedua aku sama sekali tak bisa mengurus seseorang karena aku tipe wanita mandiri, semua hal ku kerjakan dan kuputuskan sendiri, tentu berat jika aku yang biasa mandiri dan selalu mengambil keputusan sendiri tiba-tiba harus menunggu pendapat orang lain, tentu berat jika harus menunggu persetujuan dari orang lain, kadang gaya slebor, casual, dalam berpakaian harus mendengar seseorang berpendapat

"sayang.. kamu lebih cantik kalo pake yang itu.., jangan lupa pake mansetnya, or eh kayaknya lebih anggun pake gamis.. huwaaaaaaaaaaa.......... 

Belum lagi masalah keuangan ya aku terbiasa mengatur keuangan sendiri, lalu menggunakannya sesuai kebutuhanku sendiri, lah sekarang aku bingung, memenajeri uang orang lain (baca :suami) yang kadang tentu lebih banyak dari uang yang biasa aku pegang.. arrrgggggghhhhhhh...... riiibbbetttt..... rasanya aku merasa diri ini diambil dari diriku sendiri... rasanya aku tak punya hidupku, tapi orang lain lah yang sudah mempuanyai hidupku. sesungguhnya aku lupa bahwa Allah telah menganggapku mampu untuk menikah, menjadi istri dan seorang ibu tentunya.

Aku memperbaiki niatku, istigfar ku perbanyak, ilmu ku perbanyak,membaca dan membaca suatu waktu ku temukan buku yang recomended untuk dibaca, aku minta suami membeli via onlen, alhamdulillah buku itu banyak membantu psikologiku, seketika aku menunduk malu membaca rumah tangga Fatimah sang anak Rasullulah, meskipun anak seorang rosul Fatimah sangat mandiri, bahkan beliau berpesan seperti ini:

“Wahai para istri seandainya jika kamu mengerti kewajiban terhadap suami kamu, pastilah kamu akan menyapu debu dari kedua telapak kaki suamimu walaupun dengan menggunakan sebagian mukamu.” (Fatimah Az-zahra R.A) 

Di buku itu juga, Aku mulai mempelajari psikologi laki-laki, sifat, karakter, cara mereka berkomunikasi, cara mereka menyelesaikan masalah, kebutuhan-kebutuhannya, kapan waktu yang tepat berbicara, ohh Robbi... ternyata dia partner terbaik yang ku punya, laki-laki Allah anugrahkan banyak menggunakan akal ketimbang perasaan, tak jarang hal-hal kecil kadang jarang diperhatikannya. Contohnya : dia tidak mempertimbangkan betapa capeknya kita seharian beberes, seenaknya saja meletakkan barang sembarangan.

Suatu ketika aku marah sekali padanya karena dia tidak menjemputku karena tidak bisa membatalkan janji tutorial ilmu komputer dengan teman-temannya, padahal tutorial itu bukan terkait pekerjaan, hanya sharing ilmu aja, sementara pada saat itu aku sedang sakit perut awal-awal masa kehamilan, dia malah nelpon minta maaf ga bisa jemput malah pesen taksi untuk jemput aku di sekolah, aarrgghhh... seharian aku manyun padanya, malah dia bertanya : 

"Dayang, kenapa marah? kan memang ada kepentingan, bukan berarti mengabaikan, abangkan udah pesen taksi untuk jemput kamu pulang, sama aja kan tetap di jemput?

Arrggggg... ni orang kagak ada perasaan bangettt yak.

Itu lah contoh yang paling ku ingat setelah ku pahami baik-baik, beliau berfikir berbeda, yang suami fikirkan bagaimana kita tetap save, yang kita butuhkan perhatiannya ya beda tooo, setelah berdiskusi baru deh suami "ngeh" hadehhh lama-lama seru juga ya, menikah itu banyak hal kami alami bersama kadang konyol, lucu, seru, so romantic, kadang dramatis, kadang juga sinetron abis, terkadang kami seperti kawan dekat tanpa sekat saat curhat, kadang kami seperti ABG tua yang ber-sapa ria melalui medsos dengan sapaan unik seperti "yang, bang, honey, cinta, dll, kadang kami bergurau seperti tak ada orang lain lagi di dunia ini, hanya kami saja yang berbahagia, terkadang kami saling memunggungi saat tidur, terkadang berpelukan sambil terisak, tak jarang kami saling bergandengan erat di keramaian 

Ah yang pasti mimpi-mimpi dan target yang dulu menguasai hidupku tergantikan oleh peranku sebagai istrinya, kini aku tak semaniak dulu dalam menggapai mimpi duniawi, bagiku dunia kini adalah menjadi seorang istri, seorang ibu dan mengajar saja berjalan saja mengikuti alur kehidupan yang Allah inginkan dan ini taqdirku.  ^____^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketakutan saat memutuskan resign part 2

Do you agree or disagree? Itu terserah ya.. setiap org punya journeynya masing masing, aku hanya sharing sebatas apa yang aku rasakan dan aku alami setelah resign, masa adaptasi dari ibu bekerja menjadi ibu rumah tangga. Pict from instagram adkkrt. Jangan mudah mengambil kesimpulan dari cerita orang, karena rel yang kita lewati dengan rel yang orang lewati sangatlah berbeda.  Jangan pula habis baca satu sumber langsung memutuskan resign lalu malah memunculkan masalah baru lainnya. Aku pernah dengar, seorang yang bekerja di instansi riba, lalu karena mendapat ilmu tentang riba, dia langsung keluar dan memilih bisnis, bisa ditebak langsung bankrut karena ilmunya belum cukup,  akhirnya semua berantakan, harapannya setelah resign memperoleh rezeki halal yang cukup, ujungnya malah balik lagi ke instansi yang sama. Ini kejadian nyata loh. Please.. jangan bilang itu mah dia aja, kalo udah milih jalan Allah, Allah akan bantu! ya bener Allah pasti bantu, tapi ga semua proses orang lain bisa kit

Bersama Siswa VII.3 2012/2013

ku katakan pada mereka, senyum, baris yang rapih ya......, oke sippp.... berikutnya.. oke sekarang pose bebas berekspresi... jekrek.... jadi deh.... setelah di lihat hasilnya pose ini yang paling bahagia kayaknya... natural n gak maksain untuk ngumpetin gigi ah.. anak-anak harus bisa mengenang pose bahagianya ini hingga kelak menjadi tua....